
Penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan bangsa yang kompleks namun belum kunjung usai hingga saat ini, maraknya penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut tak hanya ditemukan pada kelompok usia dewasa namun semakin marak di temukan di kalangan remaja. Penyalahgunaan NAPZA tidak hanya di temukan di kalangan pekerja,public figur, bahkan tenaga pengajar, mahasiswa serta pelajar pun menggunakan narkotika.
Semua dari kita tentu mengetahui bahwa salah satu dampak dari penggunaan obat-obatan terlarang tersebut membuat Individu mengalami ketergantungan atau yang biasa kita sebut dengan adiksi. Adiksi atau ketergantungan adalah penyakit medis kronis yang dapat diobati yang melibatkan interaksi kompleks di antara sirkuit otak, genetika, lingkungan, dan pengalaman hidup individu. Orang dengan ketergantungan menggunakan zat atau terlibat dalam perilaku tersebut menjadi kompulsif dan sering berlanjut meskipun konsekuensi berbahaya (ASAM, 2019). selain itu perlu diketahui bahwa addiction itu dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu: Kerugian (parah), penurunan nilai, atau dampak negatif konsekuensi dan psikologis (keinginan, arti-penting, dan kehilangan kendali) dan ketergantungan fisik (toleransi dan penarikan diri) yang mengarahkan seseorang untuk melanjutkan perilaku tersebut.
Salah satu alasan mengapa Inndividu memiliki kecenderungan untuk adiksi terhadap obat-obatan terlarang karena hampir semua jenis narkotika mempengaruhi kinerja otak khususnya di area suasana hati. Zat yang terkandung dalam narkotika dapat mendorong produksi Dopamin berlebih dalam otak, jadi jangan heran kalau penyalahguna nampak seperti menggebu-gebu dan bahagia. Dopamin sendiri merupakan hormon yang mengatur sensasi rasa senang dalam tubuh, selain itu ternyata hormon dophamine ini mendorong atau memotivasi diri kita untuk mencari sumber kesenangan secara terus-menerus namun hormon ini tidak memberikan sinyal kepuasan terhadap tubuh sehingga sebanyak apapun menggunakan obat-obatan terlarang tersebut kita masih belum merasa puas, tentunya hal tersebut akan sangat berdampak pada kondisi psikologis dan fisik individu.
Adiksi dapat disebabkan oleh 3 faktor, yaitu:
- Pribadi
Tentunya banyak alasan mengapa individu menggunakan narkoba, jika dilihat dari faktor remaja karena pada masa remaja ini rasa ingin tahu meningkat sehingga remaja tergoda untuk mencobanya. Selain itu sebagian besar pengguna obat-obatan terlarang didasari pada kondisi stres dan ingin melepaskan beban yang ada dalam dirinya.
- Keluarga
Keluarga menjadi hal yang krusial karena interaksinya dalam keluarga yang bersifat resiprokal, saling memengaruhi antar anggotanya. Permasalahan yang terdapat dalam keluarga dengan kecenderungan pola asuh yang kurang tepat tentunya akan berpengaruh terhadap perkembangan individu serta kemampuan untuk mengelola emosi yang akan berdampak kepada bagaimana penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan dalam hidup.
- Lingkungan
Khususnya pada masa remaja yang sedang dalam masa pencarian jati diri (Santrock, 2016), usaha untuk mencapai kemandirian dan mencari identitas, mulai menjauh dari relasinya dengan orang tua, afiliasinya dengan kelompok sebaya semakin kuat. Dalam kondisi ini remaja cenderung mudah memenuhi tekanan kelompok sebaya, cenderung mudah mencoba perilaku berisiko.
Namun kecenderungan perilaku adiksi ini tentunya dapat di minimalisir atau dapat di perbaiki dengan cara:
- Psikoterapi: Terapi perilaku kognitif dapat dilakukan untuk mengatasi pola pikir dan perilaku yang berkontribusi terhadap kondisi kecanduan.
- Penggunaan Obat-Obatan: Menurunkan risiko kecanduan dan mengatasi gangguan kesehatan yang mungkin terjadi akibat kecanduan.
- Perawatan di Rumah Sakit: Pengobatan ini bisa dilakukan untuk melakukan detoksifikasi dari suatu zat atau mengobati komplikasi yang mungkin terjadi akibat kecanduan.
- Pendekatan dan Dukungan Keluarga: Selain melalui pengobatan medis, pengidap juga perlu mendapatkan dukungan dari keluarga maupun kerabat dekat agar pengobatan dan terapi medis bisa dijalankan dengan baik.
-DA-