
Penulis : apt. Sri Rohayati, MPH-ATOD, Ch., CHt., NLP., M.NLP.
Melanjutkan Seri I dan II Ketahanan keluarga, pada seri ini dibahas tentang strategi membantu, memicu, memotivasi, dan mendorong anak dan anggota keluarga lain untuk mengembangkan keberanian dan ketangguhan untuk menjadi pribadi kuat. Keberanian yang dimaksud adalah merasa mampu, tangguh, tabah, menikmati hidup, bahagia, berkontribusi menjadi bagian dari komunitas; dan ketika terjadi kesalahan dalam hidupnya, maka seseorang yang tangguh akan belajar dari kesalahannya dan segera bangkit.
Mengembangkan ketangguhan atau keberanian anak adalah kunci membangun rasa percaya diri dan rasa tercukupi, dan mendorong pengembangan kerjasama di keluarga dan masyarakat; serta dapat mengurangi konflik. Mengembangankan keberanian dan ketangguhan mendorong remaja merasa dan berprasangka baik akan dirinya dan orang lain, serta menumbuhkan rasa percaya diri untuk melakukan hal-hal sebagai berikut (NIDA 2021):
- Mencoba aktifitas baru.
- Menyelesaikan berbagai jenis permasalahan.
- Mengembangkan pertemanan yang ada dan mampu membuat pertemanan baru.
- Mengidentifikasi dan mengembangkan kreativitas.
Mengembangkan keberanian anak bukan berarti semata bertepuk-tangan, menghibur, dan berkomentar menyanjung atas apapun yang dilakukan anggota keluarga. Bukanlah juga sekedar orang tua menyelamatkan, memperbaiki keadaan, atau terlalu melindungi. Menyanjung adalah bentuk penghargaan yang memang disukai oleh siapapun, termasuk anak. Di satu sisi memberikan penghargaan melalui sanjungan dapat mendorong anak untuk mengulangi prestasinya (ketergantungan akan pujian); namun ada hal lain yang diakibatkan oleh hanya sekedar menyanjung, contohnya seorang anak yang dari bayi sering mendapatkan sanjungan, Pada umur sepuluh tahun sang anak berusaha membuat sereal dan susu sendiri untuk sarapan. Ketika sang ibu menyanjung ada rasa senang yang dirasakan si anak, dan pada tahap hidup selanjutnya sang anak berusaha membuat ibunya senang, menyanjung, dan bertepuk tangan. Sehingga target kegiatan dan latihan pengambilan keputusan lebih memikirkan bagaimana agar ibunya senang, dan menyanjungnya; begitupun jika terbiasa dengan sanjungan dari orang lain.
Padahal esensi dari pemberian penghargaan adalah agar anak dapat mandiri dan merasa memiliki kemampuan yang cukup untuk berproses, berusaha mencapai tujuan hidup positif yang diinginkan (Dweck, C.S 1999).
Anak yang diberikan penghargaan atas proses usahanya mencapai suatu tujuan lebih mampu menghadapi tantangan permasalahan yang lebih berat; dan cenderung tidak menyalahgunakan narkoba, dibandingkan anak yang hanya disanjung atas hasil akhirnya saja (Aseltine, R. H., Dupre, M., & Lamlein, P. 2000). Untuk penghargaan atas proses, maka katakan: “waaah, ini adalah berkat kerja kerasmu”, daripada mengatakan “kamu pintar/jenius/IQ-mu hebat. Komunikasi untuk penghargaan terhadap hasil akhir semata akan berfokus pada individu tersebut dan hasil akhir yang dianggap sempurna, sehingga mengurangi makna proses yang merupakan usaha atau perjuangan.
Mengapa itu terjadi? Karena jika seseorang mendapat sanjungan atas hasil akhir karena telah mampu menyelesaikan permasalahan yang relatif mudah, selanjutnya dapat merasa tekanan, khawatir, takut, dan rasa tidak berharga lagi, jika selanjutnya tidak dapat menyelesaikan persoalan yang jauh lebih sulit (dengan kekhawatiran tidak lagi mendapat sanjungan dari orang tua dan atau orang lain. Hal itu terjadi karena anak berusaha mempertahankan predikat “jenius” yang sudah didapatkan. Pada point ini anak sudah tidak tertarik untuk gigih melanjutkan usahanya untuk menyelesaikan masalah. Sebaliknya anak yang menghargai proses yang dilalui, lebih gigih dan merasa percaya diri akan kemampuannya dan proses yang akan dilalui, sehingga terus mencoba lagi untuk menyelesaikan masalah (Dweck, C.S. 1999).
Tabel 1. Perbedaan menyanjung dan Mengembangkan Ketangguhan (di (sadur dari Dweck, C.S. 1999).
Bagaimana mengembangkan keberanian dalam diri keluarga:
- Sepakati jadwal kumpul keluarga setiap hari, misalnya pada saat makan malam atau moment lainnya dimana semua anggota keluarga berkumpul. Pada moment tersebut orang tua memberikan kesempatan kepada anak belajar memberi dan menerima pujian yang konstruktif (tidak hanya berfokus pada hasil akhir); dan belajar mengeluarkan, menerima, dan mengumpulkan pendapat seluruh anggota keluarga untuk strategi penyelesaian masalah.
- Lakukan hal sesuai point satu di lingkungan sekolah. Ini dapat dilakukan oleh seluruh komponen sekolah terutama guru Bimbingan Konseling bekerjasama dengan orang tua, dan dilakukan secara periodik: harian, mingguan, atau bulanan.
- Latih anak untuk mampu melewati rasa penyesalan dan rasa rasa bersalah. Motivasi anak agar dengan keberanian mereka sendiri akhirnya anak sampai kepada kesimpulan dan kalimat mereka sendiri: “Sudahlah, ketika pikiran kita dipenuhi oleh masa lalu, akan kesalahan kita, maka kita membiarkan rasa takut menang, yaitu takut kehilangan, takut tersakiti, takut mengalami penolakan, takut merasa sakit.
- Tumbuhkan keyakinan dalam diri anak, sehingga meraka dapat mengembangkan keyakinan dalam diri mereka akan kemampuan diri.
- Luangkan waktu bersama anak untuk memastikan bahwa strategi melatih anak dengan mendorong keberanian dan ketangguhannya sudah terlaksana.
Hal-hal yang melemahkan semangat dan ketangguhan (NIDA 2021):
- Menyindir dan meremehkan kemampuan anak untuk sukses.
- Membandingkan anak dengan saudara atau temannya.
- Mengambil alih perihal yang sedang dilakukan anak, karena dianggap lambat dalam menyelesaikan.
- Mengingatkan anak akan kegagalannya yang lalu.
Mengembangkan keberanian dan ketangguhan anak penting agar anak memahami bahwa mereka dapat dan mampu melakukan banyak hal, bahwa sebenarnya mereka memiliki pendapat yang bagus, dan bahwa mereka adalah penting (NIDA 2021).
Rasa percaya diri bisa melakukan banyak hal dapat terbangun dan berkembang, jika orang tua (NIDA 2021):
- Bantu dan motivasi anak-anak untuk memecahkan masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, sehingga mereka secara bertahap mampu mengidentifikasi dan berusaha menyelesaikan masalah dari bagian-bagian terkecilnya.
- Ingatkan anak-anak akan kekuatan mereka dan kesuksesan apapun (termasuk kesuksesan perilaku) yang pernah diraih sebelumnya.
- Bangun ketangguhan mereka dengan mengatakan bagaimana mereka telah berjuang mengatasi tantangan -tantangan.
Remaja percaya diri bahwa mereka memiliki ide yang bagus, jika orang tua (NIDA 2021):
- Dorong remaja untuk bependapat dan menyatakan perasaannya tanpa merasa tertekan.
- Dengarkan apa yang mereka sampaikan.
- Minta masukan mereka tentang rencana dan aktifitas keluarga.
- Minta pendapat mereka bagaimana menyelesaikan permasalahan di keluarga.
Remaja merasa penting dan merasa bagian dari solusi, jika orang tua (NIDA 2021):
- Ingat apa yang pernah disampaikan anak kepada orang tua dan anggota keluarga lain.
- Luangkan waktu untuk mereka setiap hari.
- Hadir dalam kegiatan sekolah dan ekstra-kulikuler.
- Sampaikan apa yang orang tua rasakan ketika mereka terpaksa tidak dapat menemani sang anak.
- Tampilkan tanda pencapaian dan prestasi mereka di ruangan rumah sebagai bentuk penghargaan dan mengingatkan kerja keras mereka atas pencapaian.
Kesimpulan dari artikel di atas, bahwa membangun ketangguhan pribadi anak adalah komponen membangun ketahanan keluarga_yang merupakan strategi pencegahan penyalahgunaan narkoba. Seorang pribadi yang tangguh dilahirkan, dibesarkan, dan diasuh oleh keluarga yang saling mendukung, yang saling memberikan kesempatan untuk mengidentifikasi kemampuan, pemikiran, perasaan anggota keluarga; mengidentifikasi dan menyederhanakan permasalahan hidup; melatih dan mendorong kontribusi semua anggota keluarga untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya. Anak dan remaja yang tangguh memiliki prinsip yang kuat, terlatih dalam menilai baik-buruknya sesuatu, sehingga tidak mudah mengalihkan permasalahan hidup dengan narkoba. Juga tidak mudah terpengaruh oleh ajakan orang untuk menyalahgunakan narkoba.
Artikel ketahanan keluarga terdiri dari delapan (8) seri, di mana seri I adalah pengenalan mengapa perlu melatih ketahanan diri dan keluarga untuk menjauhi narkoba; dilanjutkan dengan enam (6) seri keterampilan ketahanan keluarga; dan sebagai penutup di akhir seri, yaitu Seri VIII adalah survey ketahanan keluarga. Setelah tulisan seri II: Berapa jam dalam sehari orang tua berkomunikasi dengan anaknya? Komunikasi yang efektif di keluarga, lalu seri III ini: mengembangankan ketangguhan anak; selanjutnya pada bulan berikutnya adalah seri IV Ketahanan Keluarga: Diskusi dan Negosiasi dalam Keluarga.
Referensi
- Aseltine, R. H., Dupre, M., & Lamlein, P. (2000). Mentoring as a drug prevention strategy: An evaluation of Across Ages. Adolescent and Family Health, 1(1), 11-20.
- Dweck, C. S. (1999). Caution–Praise Can Be Dangerous. American Educator, 23(1), 4-9.
- 2021, January 26. Encouragement. Retrieved from https://www.drugabuse.gov/publications/family-checkup/encouragement on 2021, March 31
picture by “lomboq Painter” (Facebook)