
Penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lain saat ini sedang melanda negeri tercinta kita. Kondisi ini cukup memprihatinkan karena hal tersebut juga sudah menjangkiti sebagian remaja di Indonesia Hal ini tidak saja terjadi di kota-kota besar saja, tetapi juga sudah meluas ke kota-kota kecil bahkan hingga ke kawasan pedesaan. Sementara itu, hal yang paling mengkhawatirkan adalah kemungkinan melonjaknya infeksi HIV/AIDS di kalangan pecandu narkotika, salah satu media penyebaran HIV/AIDS selain berhubungan sex dengan penyintas menlalui jarum suntuk. Fakta di lapangan menyebutkan bahwa sebagian besar (75 %) pengguna narkoba di jakarta memakainya melalui suntikan.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh yang dapat melemahkan kemampuan tubuh melawan infeksi dan penyakit. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kondisi di mana HIV sudah pada tahap infeksi akhir. Ketika seseorang sudah mengalami AIDS, tubuh tidak lagi memiliki kemampuan untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.
Dengan menjalani pengobatan tertentu, pengidap HIV bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, sehingga pengidap HIV bisa menjalani hidup dengan normal.
Menurut Asmarandani. N (dalam Zubairi, 2000) lebih dari 75% Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) di Indonesia berusia kurang dari 39 tahun, artinya usia produktif. Kesehatan mental merujuk pada kondisi keseluruhan seseorang dari sisi emosi, psikologis, dan sosial. Kondisi cemas, stres, depresi, termasuk kondisi menghadapi stigma HIV dan Kesehatan Mental 3 dan diskriminasi yang kita peroleh, bukanlah hal yang harus diabaikan.
Di negara Indonesia, penyebaran dan penularan HIV paling banyak disebabkan melalui hubungan intim yang tidak aman dan bergantian menggunakan jarum suntik yang tidak steril saat memakai narkoba. Seseorang yang terinfeksi HIV dapat menularkannya kepada orang lain, bahkan sejak beberapa minggu sejak tertular. Semua orang berisiko terinfeksi HIV.
Hubungan antara HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba adalah kompleks dan memiliki keterkaitan yang signifikan. Berikut beberapa aspek yang dapat dijelaskan terkait dengan hubungan antara HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba:
- Penularan Melalui Jarum Suntik:
Penggunaan jarum suntik bersama oleh individu yang menggunakan narkoba dapat menjadi faktor risiko tinggi penularan HIV. Jarum suntik yang terkontaminasi darah yang mengandung virus HIV dapat menyebabkan penularan virus dari satu individu ke individu lainnya.
- Pengaruh Penyalahgunaan Narkoba terhadap Perilaku Seksual:
Penggunaan narkoba dapat memengaruhi pengambilan keputusan dan meningkatkan perilaku seksual berisiko, seperti hubungan seks tanpa kondom. Hal ini dapat meningkatkan peluang penularan HIV.
- Menurunkan Kepatuhan Terhadap Pengobatan HIV:
Individu yang hidup dengan HIV/AIDS dan terlibat dalam penyalahgunaan narkoba cenderung menghadapi tantangan dalam keteraturan mengonsumsi obat HIV. Kepatuhan rendah terhadap pengobatan dapat meningkatkan risiko perkembangan AIDS.
- Kesehatan Mental dan Perilaku Berisiko:
Penyalahgunaan narkoba seringkali terkait dengan masalah kesehatan mental, yang dapat mempengaruhi keputusan individu terkait perilaku seksual dan penggunaan alat injeksi.
- Stigma dan Diskriminasi Ganda:
Individu yang hidup dengan HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba mungkin mengalami stigma dan diskriminasi ganda. Ini dapat memperburuk masalah kesehatan mental dan menghambat akses mereka ke layanan kesehatan.
- Pencegahan Ganda:
Program pencegahan yang efektif perlu mempertimbangkan hubungan antara HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba. Ini dapat mencakup program pertukaran jarum suntik, layanan kesehatan yang ramah terhadap pengguna narkoba, dan kampanye informasi untuk mengurangi risiko penularan.
Dalam konteks ini, pendekatan holistik yang mencakup edukasi, pencegahan, pengobatan, dan dukungan sosial merupakan langkah-langkah penting untuk mengatasi dampak kesehatan masyarakat dari HIV/AIDS dan penyalahgunaan narkoba secara bersamaan.
Pencegahan HIV:
- Pendidikan Seksual Komprehensif:
Melibatkan pendidikan seksual yang komprehensif di sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman tentang risiko penularan HIV dan cara melindungi diri.
- Uji HIV dan Konseling:
Mendorong uji HIV secara rutin dan konseling untuk individu yang berisiko tinggi. Ini membantu dalam deteksi dini dan pengelolaan kondisi secara efektif.
- Terapi Antiretroviral (ARV):
Mempromosikan akses universal terhadap terapi antiretroviral bagi individu yang hidup dengan HIV untuk menekan tingkat virus dan meningkatkan kualitas hidup.
- Kampanye Kesadaran:
Menggunakan kampanye informasi dan kesadaran untuk mengurangi stigma seputar HIV, mendorong uji HIV, dan mendukung orang yang hidup dengan kondisi tersebut.
Tentunya untuk mengatasi kecanduan menggunakan Narkoba hal yang bisa dilakukan dengan cara memberanikan diri melakukan rehabilitasi pada BNN. adapun layanan BNN di peruntukan untuk seluruh kalangan masyarakat yang membutuhkan, terdapat rehabilitasi medis, sosial, kerohanian serta peningkatan keterampilan yang tentunya dapat membantu kita keluar dari permasalahan penyalahgunaan narkoba dan dapat kembali kepada keluarga dan lingkungan sekitar kita.
#IndonesiaDrugsFree

REMAJA, HIV DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA